Galau?

huuhuuhuuuu...

Semangaaaaatttt..!

Love your job and be proud.

Iyes!

Bekerja sambil belajar.

Masih galau lagi?

No! No! No! Be happy laahhh...!

Ayo ngeblog!

Masa kalah sama Babu Ngeblog?

Tragedi Munyuk Kesasar di Hong Kong

Jam sebelas malam ketika semua tugasku sudah selesai dan momongan kecilku dan bos perempuanku sudah masuk kamarnya, bos lakiku belum juga pulang. Saat itu aku sudah mlangkring di atas sarangku yang berada di atas mesin cuci dan kulkas.

Heran? Keterbatasan tempat di apartemen bosku menyebabkan mereka memilih tempat paling strategis untuk membuat sarang untukku. Di atas dua buah kulkas dan mesin cuci diberi papan yang digelari kasur diatasnya, itulah dan disitulah sarangku. Nah uniknya, untuk sampai di atas kasur tersebut, dibutuhkan tangga setinggi satu setengah meter. Jadi konon tiap jam sebelas malam waktu Hong Kong, sudah bisa dipastikan ada sebangsa munyuk manis tanpa ekor yang lagi manjat tangga menuju sarangnya.

Sayup-sayup terdengar gending-gending jawa dari ponselku, sebentar saja aku sudah hampir tidur, liyer-liyer. Baju-bajuku carut marut kubiarkan saja. Antara kaos, celana, cempak dan BH menjadi timbunan yang tak keruan lagi bercampur dengan buku dan koran-koran gratisan. Tak sempat kulipat karena keinginan untuk memberesi sarang kalah dengan kebutuhan jasmani. Kantuk itu tak tertahankan.


Sayup-sayup pula terdengar pintu depan dibuka kemudian ditutup dengan segera. Namun aku sudah mulai melukis "peta" di bantalku, tak peduli.

Tiba-tiba saja, entah berapa menit kemudian, suara bos lakiku mengagetkanku. Berteriak memanggilku persis dibawah sarangku.

Seketika aku tersentak, diantara rasa ngantuk dan iler yang ndlewer di pipiku aku bangun dengan amat sangat tidak ikhlas.

“Cecee!” teriak bosku.

“Hm,” jawabku enggan.

“Cece, I got promotion!” katanya bangga dan gembira. Sudah kebiasaan antara aku dan bosku untuk berbicara dalam bahasa Inggris. Katanya lebih mudah komukasi dengan bahasa Inggris karena aku tak fasih berbahasa kantonis. Aku dan bosku pun saling terbuka. Berita-berita yang menggembirakan sering kami bagi bersama. Dalam hal ini mungkin bos berpikir dia ingin berbagi cerita bahagianya denganku, tapi bagiku ini adalah awal petaka.
“What? Apa?” tanyaku lagi, kali ini aku siap-siap turun dari sarangku. Dengan mata setengah terpejam kujulurkan kakiku kebawah mencari-cari tangga untuk turun. Sial, tangganya terjatuh hingga menimpa gelas yang berada di atas microwave. Dan..mak krompyaaang...gelasnya jatuh dan pecah. Sedangkan aku gandul-gandul bergelantungan, kedua tangan memegang erat kasurku.

“Ce, aku dipromosikan. Aku naik jabatan,” kata bosku masih dengan nada gembiranya.

“Sialan!” pikirku. Ada orang tergelantung kayak gini bukannya bantuin malah ngocehin tentang hal lain. Dasar bos kalau gak pengertian. HuHH!!

“I got promotion, aku naik jabatan,” katanya lagi.

“Dancuuukk! Dasar bos egois!” umpatku dalam hati.

“Are you not happy? Kamu ga seneng ya denger berita ini?” tanya bos tanpa dosa.

“I don’t care! Ga pedulii! Help me! Bantuiin!” jeritku panik. Tanganku rasanya kesemutan karena bergelantungan. Sedangkan mau loncat turun aku takut karena di bawah ada pecahan gelas.

“Oh sorry,” kata bos.

Dalam hati aku ayem akan segera ada bantuan. Tapi gak sangka malah bos membungkuk memunguti pecahan gelas bukannya mbantuin aku turun dari tempat gelantunganku.

“Dasar Chiken, CHIna KENtir,” umpatku lagi dalam hati.
“Help me! Bantuin aku! Take me down, take me down! Turunkan aku!” teriakku panik.

Mungkin saat itu bosku baru tersadar kemudian kulihat tangannya menjulur mau meraihku tapi diurungkannya.

“Goblook!” bentakku dalam hati. Sapa butuh tanganmu? Ih jangan sampe deh si bos nurunin aku kayak gaya Shahrukh Khan megang pinggang Aiswarya Rai gitu, iihh! Nehikk..nehiiikkk...! Ogaaahhh...kagak mau! Amit-amit, setan anake demit, demit sing suka dulat-dulit, dulat-dulit sampai pecirit, iihh amit-amiitt...! Aku tambah panik.

“Turunkan aku, ambilin tangga!” bentakku. Kali ini benar-benar membentak.

Bosku kemudian ngambilin tangga buatku, dan hanya memandangi aku. Aku turun dari tangga sambil menggerutu.

“Apakah gajiku dinaikkan?” tanyaku sambil memberesi pecahan gelas. Bos malah nggeloyor pergi. Dasar! Benar-benar sebuah tragedi munyuk kesasar di Hong Kong, hiks...


TKW Hong Kong Ngaji Gratis Lewat Conference Call


Komunitas dan organisasi Buruh Migran Indonesia (BMI) Islam makin menjamur jumlahnya di Hong Kong. Mereka kerap menggelar berbagai acara, dari pengajian dengan mengundang ustad kondang hingga belajar bersama. Namun rata-rata aktifitas tersebut dilakukan pada hari Minggu.

Sayangnya, tidak semua BMI mendapatkan libur pada hari Minggu. Hal tentu saja menjadi kendala bagi mereka untuk melakukan kegiatan ke-Islaman. Kegiatan ke-Islaman menjadi kerinduan tersendiri bagi mereka.

"Kami gelisah, kami ingin belajar, kami ingin mendapat siraman rohani tapi kok tidak dapat libur di hari Minggu," ungkap Salamah, BMI asal Ponorogo yang akrab dengan panggilan bunda.

Kendala dan kegelisahan semacam inilah yang mendasari Salamah beserta teman-temannya untuk mencari waktu lain dan cara lain agar kegiatan tausiyah, tahlilan, yasinan atau ngaji bareng tetap bisa dilakukan.

Solusi yang mereka dapatkan adalah dengan conference call/panggilan ganda pada malam hari. Dengan memanfaatkan waktu istirahat setelah menunaikan "PR" sebagai kungyan/pembantu, Salamah beserta teman-temannya akhirnya bisa merealisasikan kegiatan-kegiatan ke-Islaman mereka. Mereka menamakan diri Saalikul Lail, artinya orang-orang yang mencari ridho Allah pada malam hari.

Menurut Salamah, Saalikul Lail mempunyai beberapa kegiatan ke-Islaman seperti tahlilan, yasinan, istiqosah yang rutin diadakan pada malam Jumat juga ta'lim, yasinan, kultum pada menjelang atau sesudah subuh di tiap hari.

Perhatian dari LDPI
Melihat keantusiasan Saalikul Lail, Lembaga Dakwah Pekerja Indonesia (LDPI) memberikan perhatian khusus kepada mereka. "Setiap malam Selasa dari LDPI memberikan ilmunya kepada kami. Kami diberi tausiyah, diajari tajwid juga tanya jawab seputar keagamaan. Semua itu kami lakukan lewat HP (conference call)," terang Salamah.

Hal ini dibenarkan oleh Ustad Astamar dari LDPI. "Jadi semacam kursus, kursus jarak jauh. Tapi saya saya juga mengingatkan mereka untuk mencintai tanah air dan menabung," jelasnya.

Masih menurut Astamar, diadakannya kursus jarak jauh tersebut diharapkan bisa menumbuhkan kader dakwah di kalangan BMI-Hong Kong dan mempersiapkan BMI yang akan pulang ke Tanah Air. "Setidaknya mereka jadi tahu tajwid dan ilmu agama sehingga bisa ditularkan kepada teman-temannya yang lain. Atau bagi yang sudah pulang, nanti di Indonesia juga bisa memberikan ceramah atau jadi MC di acara-acara di desanya. Yang penting bekal ilmu dan rasa percaya diri ada pada mereka, insyaallah bermanfaat," katanya.

Kursus ini rencananya diadakan selama 10 kali pertemuan. "Insyaallah nanti akan ada penyerahan sertifikat dari LDPI kepada peserta kursus. Sebelumnya kami akan menguji kemampuan dakwah mereka," tambahnya.

Selain kegiatan bersama LDPI, Saaliku Lail setiap satu bulan sekali mendapat tausiyah berbahasa Jawa oleh KH. Moh Najib dari Blitar. Selain itu, Saalikul Lail juga menjalin hubungan dengan pondk pesantren Roudhlatul Ulum dari Trenggalek yang diasuh oleh Kyai Asrofi Ali beserta istri, Nyai Mudawammah.

Tausiyah bersama Kyai Asrofi Ali beserta istri dilakukan setiap malam Rabu. Tausiyah-tausiyah tersebut juga dilakukan dengan memanfaatkan layanan conference call dan waktu istirahat di malam hari.

Disinggung tentang besarnya biaya yang dikeluarkan untuk melakukan kegiatan ini, Salamah balik bertanya, "Hanya 20 dolar untuk satu setengah jam ilmu yang bisa kita dapatkan, apakah itu memberatkan?"

20 dolar yang dimaksud Salamah tersebut untuk membeli kartu telepon prabayar guna menelpon Ustad yang ada di Indonesia. "Jadi 20 dolar itu dibebankan secara bergilir kepada jamaah Saalikul Lail. Cuma satu orang saja yang membeli kartu (kartu telepon prabayar), itu saja. Kursus dan pengajian itu gratis," tegas Salamah.

Salah seorang anggota Saalikul Lail menyatakan keantusiasan dan kepuasannya selama mengikuti kegiatan yang diadakan oleh Saalikul Lail. “Awalnya saya diajak oleh bunda, tapi saya ragu. Namun setelah ikut satu kali kok rasanya hati saya manteb dan semangat,” katanya.

Didasari oleh keinginan yang sama yaitu untuk mendapatkan ridho Allah kegiatan-kegiatan yang dilakukan itu selain sebagai sarana silaturahim, belajar bersama, pemanfaatan waktu istirahat dan pulsa, juga untuk mengajak BMI agar terhindar dari pergaulan yang tidak benar dengan berbuat baik. “Banyak komentar negatif tentang BMI-HK, ngapain sakit hati? Berbuat baik saja. Insyaallah nantinya mereka akan bisa menilai yang sebenarnya terjadi,” nasihat ustad Astamar.